Cari Blog Ini

Minggu, 29 Mei 2011

Final Liga Champions 2010/2011


Barcelona: Road to Champions
sports.okezone.com
EROPA - FC Barcelona baru saja mentasbihkan diri sebagai tim terbaik di ranah Eropa pada musim kompetisi 2010/2011. Berikut ulasan lengkap perjalanan Lionel Messi dkk dalam menyabet trofi Liga Champions untuk kali keempat sepanjang sejarah Blaugrana.

Penyisihan Grup
El Barca mengawali perjuangannya di Liga Champions musim dengan menempati Grup D bersama, FC Kobenhavn (Denmark), Rubin Kazan (Rusia) wakil Yunani Panatihinaikos. Menghadapi lawan-lawan yang di atas kertas bukan lawan sepadan, Barca pun diprediksi bakal melaju mulus ke babak 16 besar.

Prediksi tersebut nampaknya jitu, setelah di pertandingan pertamanya, Barca berhasil mengecundangi Panathinaikos dengan skor telak 5-1 pada leg pertama di Camp Nou (15/9/2010). Lionel Messi jadi inspirator Barca lewat dua golnya pada menit 22 dan 44. David Villa (33’), Pedro Rodriguez (78’) dan Dani Alves mempertegas dominasi Barca yang untuk sementara memimpin klasemen Grup D.

Tampil superior di laga pembuka, Barca diprediksi bakal kembali berpesta gol saat bertandang ke markas Rubin Kazan di Tsentralnyi Stadion, (29/9/2010). Namun, hasilnya justru tidak sesuai dugaan. Secara mengejutkan, Barca hanya mampu membawa pulang satu angka setelah hanya mampu bermain imbang 1-1. Pedro menjadi penyelamat Barca lewat golnya dari titik putih di menit 60, setelah sebelumnya El Barca tertinggal 0-1 lewat gol penalti Christian Noboa di menit 30.

Hasil ini praktis memaksa Barca lengser dari singgasananya di puncak klasemen Grup D. Posisi Barca digusur Kobenhavn yang sukses meraup dua kemenangan (dari Rubin Kazan dan Panathinaikos). Melakoni laga ketiga kontra Kobenhavn di Camp Nou (21/10/2010), Barca sukses mengambil kembali tampuk pimpinan klasemen setelah menang 2-0 lewat dwigol Messi di menit 19 dan 90.

Memasuki putaran kedua fase grup, Barca gantian melawat ke markas Kobenhavn di Parken Stadium (3/11/2010). Messi kembali beraksi dengan mengantar Barca membuka keunggulan di menit ke-31. Sayang, kemenangan tersebut harus buyar menyusul gol balasan Kobenhavn yang dicetak Claudemier, dua menit berselang. Hasil imbang 1-1 bertahan hingga akhir laga.

Hasil ini memang tidak menggoyahkan Barca di puncak klasemen Grup D dengan delapan poin, atau unggul satu angka dari Kobenhavn di tempat kedua. Sayang, torehan ini belum memastikan langkah Barca ke fase knock out.

Kepastian lolos ke babak 16 besar baru didapat pada laga keenam, saat bertandang ke markas Panathinaikos (25/11/2010). Dwigol Pedro (27’ & 69’) dan Messi (62’) tak mampu dibalas Panathinaikos yang dipastikan tersingkir. Kemenangan ini pun memastikan Barca lolos dengan status juara grup, sebab di pertandingan lain, pesaing terdekatnya Kobenhavn kalah dari Rubin Kazan.

Di partai terakhir fase grup yang tidak lagi menentukan, pelatih Pep Guardiola menurunkan tim lapis keduanya untuk menjamu Rubin Kazan di Camp Nou (8/12/2010). Meski tidak dengan skuad terbaik, El Barca tetap mampu tampil perkasa dan menggasak Rubin dengan skor 2-0. Dua gol Barca dicetak dua pemain mudanya Andreu Fontàs (51’) dan Víctor Vázquez (82’).

Secara total, Barca tampil cukup perkasa di fase grup dengan meraih empat kemenangan dan dua kali imbang, tanpa sekalipun menelan kekalahan. Dari enam laga, Barca mampu melesakkan 14 gol dan hanya kemasukan tiga gol.

Babak 16 Besar
Di fase knock out, ujian besar baru menghadang Barca saat hasil undian mempertemukan mereka dengan wakil Inggris Arsenal. Hasil undian ini pun kembali mengingatkan Barca akan duel kontra The Gunners, setahun sebelumnya, di mana pada saat itu Barca sukses menyingkirkan skuad besutan Arsene Wenger.

Melakoni laga tandang di pertemuan pertama, Barca dipaksa bertekuk lutut 1-2 oleh The Gunners di Emirates Stadium. Sempat unggul lebih dulu melalui David Villa di menit ke-26, Barca harus menerima kekalahan usai Arsenal membalas melaui gol Robin van Persie (78’) dan Andrey Arshavin (83’).

Kekalahan di leg pertama memaksa Barca harus menang demi bisa melaju ke perempatfinal. Tampil di Camp Nou, Barca membuka keunggulan melalui Messi di akhir babak pertama. Namun, kegembiraan Barca hanya sesaat, pasalnya di awal babak kedua, Arsenal bisa menyamakan kedudukan (1-1) lewat gol bunuh diri Sergio Busquets yang salah mengantisipasi bola sepak pojok.

Pertandingan sempat ternoda dengan keputusan kontroversi wasit Massimo Busacca yang mengkartu-merah (dua kartu kuning) Robin van Persie di menit 56. Striker asal Belanda dianggap melakukan tindakan tidak sportif dengan terus menendang bola, meski Busacca telah meniup peluit tanda offside.

Keputusan ini pun sempat mendapat protes keras dari Van Persie karena dia mengaku tidak mendengar bunyi peluit karena situasi stadion yang ramai sorakan fans. Terlepas dari protes tersebut, Arsenal yang bermain dengan 10 pemain, tak bisa berbuat banyak meladeni permainan Barca. Hasilnya, Blaugrana sukses mencetak dua gol tambahan yang masing-masing dicetak Xavi (69’) dan gol kedua Messi melalui titik putih (71’).

Dengan keunggulan agregat 4-3, Barca pun berhak melanjutkan perjuangannya ke fase perempatfinal menghadapi tim kuda hitam asal Ukraina, Shakhtar Donetsk. Sayang, kegemilangan Shakhtar yang menyingkirkan AS Roma di babak 16 besar, tidak berlanjut saat menghadapi Barca.

Babak Perempatfinal
Bertandang ke markas Barca di pertemuan pertama, Shakhtar digerus 5-1 lewat gol-gol dari Andres Iniesta (2’), Dani Alves (34’) Gerard Pique (53’), Seydou Keita (61’) dan Xavi di menit ke-86. Mengusung misi mustahil, yakni mengalahkan Barca 4-0 di leg kedua, Shakhtar justru tampil penuh beban di hadapan pendukung sendiri dan akhirnya menyerah 0-1. Gol tunggal kemenangan Barca (aggregate 6-1) dicetak Messi di menit ke-43.

Babak Semifinal
Melaju ke semifinal, laga yang paling ditunggul publik dunia akhirnya teralisir di mana Barca harus berhadapan dengan seteru abadinya Real Madrid. Duel ini juga kian menarik, karena kedua tim harus bentrok lima kali sepanjang musim (dua di liga, satu di final Copa del Rey dan dua bentrok di semifinal Champions).

Melakoni leg pertama di Santiago Bernabeu, Barca datang dengan modal dendam setelah dikalahkan El Real di final Copa del Rey. Selayaknya partai derby, duel kedua tim terbaik di Spanyol ini pun langsung panas sejak awal. Tak ayal, wasit pun harus sering meniup peluit tanda pelanggaran. Masing-masing pemain dari kedua kubu juga kerap terlibat kontak fisik.

Setelah bermain kacamata di babak pertama, petaka bagi Madrid datang di menit ke-61. Bek tangguh Pepe yang diplot bermain sebagai gelandang, mendapat kartu merah langsung dari wasit karena aksi berbahayanya terhadap Javier Mascherano. Kartu merah ini pun menambah derita Madrid yang di tiga pertemuan sebelumnya juga harus selalu bermain dengan sepuluh pemain, plus tanpa dampingan Mourinho yang juga di usir wasit karena dituding mengejek keputusan wasit.

Kalah jumlah pemain, Barca kian leluasa membongkar pertahanan El Real. Puncaknya, Lionel Messi memborong dua gol kemenangan Barca di menit 76 dan 86. Kemenangan 2-0 yang dipetik Barca kali ini menyisakan kekecewaan di kubu Madrid yang mengecam habis kepemimpinan wasit.

Bahkan, dalam satu kesempatan Jose Mourinhho menuding ada konspirasi yang melibatkan UEFA untuk membantu Barca. Selain itu, kubu Madrid juga menuding para pemain Barca terlalu sering berakting cedera atau jatuh untuk mengelabui wasit. Tak sampai disitu, mereka juga menuding Sergio Busquets telah melakukan tindakan rasis kepada Marcelo dengan mengatakan “monyet.”

Pengantar leg kedua di Camp Nou, dua pekan berselang, ramai dengan perang statement kedua belah pihak. Kubu Madrid sempat mengajukan tuntutan kepada UEFA terkait ketidakadilan yang mereka terima di leg pertama. Sayang, tuntutan El Real tidak digubris UEFA. Bahkan, Mourinho yang menuding adanya konspirasi harus menerima pil pahit tidak bisa mendampingi anak asuhnya di leg kedua.

Tanpa Mou di sisi lapangan, Madrid mengubah total gaya permainannya yang sebelumnya selalu mengandalkan serangan balik, menjadi menyerang demi mengejar defisit dua gol. Alhasil, jalannya pertandingan pun sedikit lebih menarik, di mana kedua kubu kerap terlibat saling serang. Nilai plus tambahan, duel leg kedua ini juga tidak diwarnai insiden kartu merah, khususnya untuk pemain Madrid.

Bermain terbuka, Barca mampu unggul lebih dulu lewat Pedro di menit ke-54. Namun, Madrid tak tinggal diam dan membalas melalui Marcelo di menit 64. Namun, sial bagi Madrid, mereka tak mampu menambah gol hingga laga usai. Walhasil, armada Los Galacticos pun harus merelakan tiket final digenggam seteru abadinya itu dengan skor agregat (3-1) untuk Barca.

Babak Final
Tampil di final, Barca yang datang dengan modal meraih gelar juara La Liga, mendapat ujian terberat dari raksasa Inggris Manchester United yang juga berstatus kampiun Premier League. Duel ini juga merupakan ulangan laga final dua tahun lalu (2009) di mana Skuad The Red Devils harus menyerah 2-0 di Olimpico Roma.

Mengambil tempat di Wembley (29/5/2011) dini hari WIB. United diprediksi bakal mampu membalaskan dendamnya karena tampil di kampung halamannya, Inggris. Namun, kenyataan yang terjadi di lapangan justru tidak sesuai harapan. Barca yang tampil superior, justru mampu mencetak gol lebih dulu lewat Pedro Rodriguez di menit ke-27.

United sempat membuka asa melalui Wayne Rooney yang mencetak gol balasan tujuh menit kemudian untuk menutup babak pertama dengan skor 1-1. Namun, dominasi Barca kian tak terbantahkan di babak kedua. Lionel Messi kembali membawa Barca unggul 2-1 di menit ke-54, sebelum akhirnya David Villa memastikan kemenangan 3-1 Los Blaugrana di menit ke-69.

Selain sukses mengulang sukses dua tahun lalu, kemenangan kali ini juga membuat Barca meraih gelar keempatnya, mengungguli United. Sementara bagi Guardiola, kemenangan di Wembley mengingatkan kembali akan kesuksesannya saat masih tampil sebagai pilar Barca yang merebut trofi Eropa pertamanya di tempat sama pada 1992, usai mengalahkan Sampdoria.

Kesuksesan tahun ini juga menjadi momen yang spesial buat Messi. Selain terpilih sebagai man of the matchm, bocah ajaib Barcelona ini juga sukses memastikan diri sebagai topskor dengan 12 gol, menyamai rekor gol Ruud van Nistelrooy. The Messiah juga terpilih sebagai pemain terbaik sepanjang turnamen. Visca El Barca!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar