Jakarta - Jangan berharap Liga Primer Indonesia akan langsung menjadi kompetisi ideal di awal kelahirannya ini. Sebagai sebuah produk baru, prosesnya bahkan bisa sampai "berdarah-darah" dulu.
LPI diambang bergulir sebagai sebuah kompetisi alternatif dari yang selama ini diputar langsung oleh PSSI, termasuk Indonesian Super League (ISL). Menurut pendirinya, LPI dibentuk dengan misi memperbaiki kompetisi sebagai syarat mutlak perbaikan kualitas sepakbola nasional.
"Tentu saja langkah di musim pertama ini takkan smooth (mulus). Pasti ada banyak masalah yang dihadapi. Misalnya jadwal pertandingan, karena banyak klub berbagi stadion dengan yang bermain di ISL atau Divisi Utama. Perpindahan home base juga mungkin saja terjadi," demikian tutur M. Kusnaeni, CEO Bandung FC, salah satu klub kontestan LPI, kepada detiksport, Jumat (31/12/2010).
"Mencapai kemandirian itu butuh proses, termasuk dari klub peserta. Klub-klub plat merah, misalnya, selama ini terbiasa dengan pola pikir anggaran (pemerintah daerah). Dana mereka sudah disediakan, tapi belum terbiasa untuk memikirkan orientasi mencari profit yang semestinya, dari potensi mereka sendiri. Kami pun begitu, akan belajar," sambungnya.
Klub-klub peserta LPI dijamin bebas dari dana APBD. Di awal musim mereka diberi modal oleh LPI untuk secara bertahap bisa memulai melangkah menuju kemandirian yang penuh. Saat ini di Indonesia baru ada tiga klub yang mandiri penuh, yaitu Arema FC, Persib Bandung, dan Pelita Jaya.
"Jika masyarakat berharap LPI langsung menjadi sempurna, itu tidak realistis, karena kami baru memulai proses. Tapi kami mengharapkan dukungan positif dari semua kalangan, termasuk masyarakat dan pers," timpal General Manager LPI, Arya Abhiseka.
Kusnaeni atau yang biasa disapa Bung Kus menggarisbawahi, misi LPI adalah untuk menciptakan sebuah kompetisi yang lebih baik, sehat, dan mandiri, meskipun perjalanannya tidak akan mudah.
"Jangan dibayangkan kalau LPI langsung sempurna, melebihi ISL sekalipun. Prosesnya pasti akan bleeding (berdarah-darah). Tapi LPI punya tekad menuju kompetisi yang profesional, mandiri, dengan menjunjung fair play.
"Piala AFF kemarin sebagusnya menjadi titik tolak ke arah yang lebih baik. Potensi sepakbola kita sudah terbukti ada dan membanggakan. Performa timnas yang bagus itu semestinya bisa ditularkan ke tingkat kompetisi dengan penyelenggaraan yang bersih, mandiri dan profesional," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar